Tuesday, August 8, 2017

Mengenal Asuransi Kesehatan di Indonesia
Permintaan terkait asuransi kesehatan baik dari perorangan maupun perusahaan terus berkembang sesuai dengan kondisi daya beli dan kekayaan dari kelas menengah yang terus tumbuh. Saaat ini perusahaan asuransi secara tradisional lebih fokus pada asuransi jiwa, padahal kebutuhan akan cakupan layanan kesehatan yang terjamin sudah menjadi sorotan masyarakat akibat perubahan gaya hidup dan kehisupan sosial di tengah masyarakat. Di masa lalu asuransi kesehatan dari perusahaan swasta dipandang sebagai kemewahan yang hanya dinikmati manfaatnya oleh masyarakat kelas atas. Namun, hari ini perubahan terkait kondisi itu terjadi akibat kesadaran terhadap kesehatan yang tidak hanya dimiliki kelas atas serta meningkatnya potensi penyakit yang berkembang. Reformasi sistem jaminan kesehatan nasional yang diatu dibawah UU 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional belum terlalu cepat kemajuanny. Oleh karena itu, asuransi kesehatan yang dikelola swasta merupakan area yang menjanjikan dengan tantangannya untuk berkembang yang khas.


Seiring pertumbuhan PDB yang terus naik hingga 6,4% pada tahun 2011, kebutuhan akan kesehatan nasional dengan 240 juta warga Indonesia juga meningkat dan prioritas dalam agenda nasional. Langkah reformasi awal untuk hal tersebut melalui pembentukan Jamkesmas di tahun 2008 yang menggantikan Askeskin untuk mencakup pegawai negeri, masyarata miskin dan masyarakatan yang rentan terken penyakit. Pada tahun 2010 program ini memiliki total 76,4 juta orang anggota (Kementerian Kesehatan). Selain adanya Jamkesmas, ada juga yang namanya Jamsostek yang sama dari pemerintah. Jamsostek didirikan pada tahun 1977 untuk memberikan jaminan sosial bagi pegawai sektor swasta dan sudah memiliki 8,4 juta anggota pada tahun 2010. Dalam kedua program tersebut, skema pendanaan dan kurangnya fasilitas rumah sakit pemerintah membatasi pelaksanaan dan efektifitasnya. Secara menyeluruh pun layanan kesehatan belum merata, sekitar 130 juta orang masih belum tercover. Tantangan utamanya adalah karena kebanyakan orang Indonesia bekerja di sektor informal atau bekerja sendiri dimana hal tersebut tidak masuk ke dalam syarat yang sesuai skema pembiayaannya.

Di sektor swasta, penggunaan asuransi kesehatan diperkirakan mencapai 4% atau 7,5 juta orang yang terkonsentrasi di perkotaan. Untuk kelompok masyarakat menengah, mereka pun menunjukan peningkatan dalam kemampuan membayar pertanggungan kesehatan di perusahaan swasta. Kesadaran terkait asuransi kesehatan juga terjadi di kalangan pengusaha di perusahaan skala menengah dan besar terkait manfaat dan tanggungjawab dari asuransi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Deloitte, Indonesia mengikuti tren di Asia Tenggara yang menunjukan bahwa sektor asuransi kesehatan swasta lebih berkembang karena kemajuan negara terbukti lambat. Liberalisasi sektor asuransi kesehatan dalam kondisi pasar terbuka ASEAN pada tahun 2015 membuat pihak swasta multinasional berkontribusi lebih besar daripada pemain lokal terutama dalam hal inovasi dan promosi prosuk.

Perubahan yang terjadi pada sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang memiliki program lebih fokus (dipisahkan dengan jaminan sosial) membuka peluan signifikan bagi sektor asuransi swasta. Sehingga menimbulkan adanya persaingan. Persaingan di sektor ini berkembang masuknya prusahaan asuransi internasional karena asuransi jiwa maupun penyedia asuransi umum mendapatkan izin untuk menyediakan produk asuransi kesehatan. Persaingan harga dan cakupan layanan kesehatan membuat hal ini semakin kompetitif karena peusahaan yang menjadi pelanggan utama mencari perlindungan yang baik namun dengan biaya yang rendah. Perusahaan internasional memiliki keunggulan dalam hal mengamankan akun perusahaan skala besar yang mencakup ekspatriat. Pemain utama di sektor asuransi kesehatan diantaranya Allianz, AXA, AIA, Prudential, ManuLife, AVIVA, dan BNI Life. Sementara penyedia asuransi asing mempertahankan keunggulannya dalam menggaet sektor korporasi untuk yang berskala besar, penyedia asuransi lokal pun mencoba lebih menawarkan produknya kepada kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah. Segmen pasar ini ditawarkan premi yang lebih rendah namun tetap menjanjikan terhadap layanan kesehatan yang didapat tidak buruk.


Isu adanya kecurangan adalah masalah yang melanda industri asuransi kesehatan indonesia dengan tingkat kecurangan mencapai 24% dari klaim yang terdata. Karena asuransi kesehatan baru saja diperkenalkan ke masyarakat, jadi masih banyak oknum pemegang polis menunjukkan kecenderungan untuk memanfaatkan jaminan mereka dengan kunjungan atau perawatan fiktif. Hal ini sebgai tantangan untuk melakukan transformasi dalam sikap sosial untuk meningkatkan kesadaran yang lebih besar mengenai asuransi kesehatan.  

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar

Monday, August 7, 2017

Mengenal Singkat Apa Itu Penilaian Kesehatan Kerja
Penilaian kesehatan kerja merupakan penilaian terhadap karyawan yang dilakukan oleh seorang konsultan yang berkualitas dalam bidang kesehatan kerja. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat yang berkualitas atau dokter dengan kualifikasi tambahan dalam kesehatan kerja (hiperkes). Struktur penilaian didasarkan pada konsultan yang sesuai dengan diajukan oleh manajemen perusahaan melalui formulir rujukan. Hasilnya akan dibuat laporan yang akan membantu pimpinan dalam mengelola kesehatan karyawannya di tempat kerja.


Laporan tersebut pada umumnya tidak dimaksudkan untuk tujuan pengobatan, namun mungkin memberikan pendapat atau analisa terkait suatu kondisi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut, atau kondisi dimana pekerja bersangkutan dapat menjalani pengobatan atau terapi secara khusus dengan tepat. Sehingga didapat tujuan utamanya adalah memberi saran kepada manajemen tentang kondisi kesehatan pekerja dan membuat rekomendasi mengenai tindak lanjut apa yang dapat dipertimbangkan untuk memastikan lingkungan kerja aman dan sehat bagi pekerja. Laporan juga dibuat untuk memberikan informasi kepada manajemen dan pendapat ahli medis sehingga memungkinkan manajemen membuat keputusan selanjutnya.

Penilaian kesehatan kerja tidak khusus diberikan untuk tujuan diagnosa atau perawatan meskipu dalam beberapa kasus beberapa saran akan diberikan kepada pekerja untuk didiskusikan dengan dokter mereka sendiri.

Kapan Penilaian Kesehatan Kerja dilaksanakan ?

Tidak ada waktu terbaik untuk pas dalam menjalani penilaian kesehatan kerja. Setiap situasi dan kondisi pekerja bisa diperlakukan berbeda, sesuai dengan kebutuhan. Penilaian dapat diatur kapan saja termasuk :

*Karyawan masih bekerja : seorang karyawan mungkin akan datang ke tempat kerja dengan baik dan teratur, namun mungkin saja dapat menunjukan tanda-tanda kelelahan dan beberapa perubahan yang mungkin diperlukan untuk menjaga mereka tetap di tempat kerja dengan aman dan produktif.

*Absen jangka pendek secara reguler: Seseorang dengan absen jangka pendek bisa memperoleh manfaat dari penilaian kesehatan kerja untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan yang serius.

*Absen sedang atau jangka panjang : Pekerja yang memiliki cukup waktu jauh dari pekerjaan bisa dirujuk atau diutamakan untuk penilaian.

*Kembali bekerja (setelah absen) : Mungkin tepat bagi pekerja yang siap untuk kembali bekerja setelah periode absen sehingga penilaian kesehatan bisa dipadukan kembali dengan cara yang aman dan terstruktur.


Penilaian kesehatan kerja kepada pekerja biasanya cukup dilakukan satu kali, namun untuk penyakit yang lebih serius, mungkin tepat untuk dilakukan lebih dari sekali agar pekerja tetap dibawah peninjauan reguler.

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar
Penting Untuk Diketahui, Pertanyaan dan Jawaban Terkait Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) di Perusahaan
Pada tahun 2007, OSHA menambahkan pargraf baru pada standar yang telah ada di 29 CFR 1910. 132 tentang Alat Pelindung Diri (APD). Paragraf baru tersebut terkait pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) yang mengharuskan atasan atau pimpinan perusahaan untuk menyediakan APD yang dibutuhkan secara gratis atau tanpa biaya apapun yang dipungut dari pekerja.

Perubahan ini berlaku untuk industri umum, konstruksi, galangan kapal, stasiun kerja di longshore and marine. Pertanyaan dan jawaban berikut untuk membantu menjelaskan bagaimana persayaratan baru tersebut akan mempengaruhi terhadap pengadaan dan penggunaan APD.

sumber gambar: pip2bdiy.com

Pertanyaan (P) : Kapan aturan baru ini diberlakukan ?
Jawaban (J) : Aturan terakhir haru sudah diimplementasikan pada tanggal 15 Mei 2008. OSHA telah mengakui bahwa banyak perjanjian kerja yang menyangkut bagaimana APD tertentu yang digunakan pekerja dibeli, dibeli oleh manajemen atau pekerja sendiri. Dengan menunda tanggal efektif pemberlakukan aturan baru ini yang sekitar 6 bulan, OSHA mengizinkan ,manajemen dan pekerja untuk menegosisasikan ulang kesepakatan/perjanjian agar sesuai dengan peraturan yang baru.

P : Apa saja jenis APD yang termasuk/wajib disediakan ?
J : APD yang disyaratkan oleh standar OSHA atau penilaian bahaya di tempat kerja (1910, 132 (d)) harus disediakan oleh manajemen secara Cuma-Cuma. Contohnya termasuk item berikut ini :
Helm Safety
* Pelindung pendengaran
* Helm pengelasan
* Sarung tangan kerja
* Penjaga metatarsal (sepatu metatarsal jika penjaga metatarsal dilepas tidak diperbolehkan bekerja)
* Alas kaki khusus, seperti sepatu boot dari baja atau sepatu dengan sol tanpa slip
Safety Google, termasuk kacamata khusus yang terdapat tambahan alat respirator
* Respirator yang sesuai standar OSHA

P : Apa saja yang tidak termasuk tanggunan manajemen perusahaan?
J : Barang yang tidak termasuk dan dianggap APD atau tidak diwajibkan oleh standar OSHA. Beberapa item yang tidak termasuk meliputi:
* Pakaian atau seragam yang diapaki untuk tujuan yang tidak terkait dengan keamanan pekerja.
* Perkakas
* Kacamata pengaman sesuai resep dokter, kecuali jika atasan mewajibkan kacamata tersebut di tempat kerja
* Respirator digunakan berdasarkan sukarela 29 CFR 1910. 134.
* Sepatu pelindung non-khusus, kecuali jika manajemen mewajibkan alas kaki tersebut
* Pakaian tahan api
* Pakaian atau barang lain yang digunakan untuk perlindungan dari perubahan cuaca rutin (seperti mantel, sarung tangan, jas hujan, tabir surya)
* Penggantian APD sebagai kompensasi pekerja tersebut menghilangkan atau sengaja dirusakkan

P : Bukankah manajemen perusahaan sudah harus membayar untuk menyediakan APD ?
J : Beberapa APD tertentu berdasarkan standar OSHA, seperti perlindungan pernafasan. Paragraf baru menjelaskan manajemen perusahaan menyediakan APD secara menyeluruh dengan terdapat beberapa pengecualian pada sebagian kecil.

P : Siapa yang harus membayar APD pada karyawan kontrak ?
J : Kontraktor diwajibkan membayar untuk menyediakan APD pekerjanya

P : Apakah standar ini mengubah tipe APD yang harus digunakan ?
J : Tidak. Manajemen masih dipersilahkan untuk menentukan jenis dan tingkat APD yang sesuai untuk pekerjaan yang dilakukan, seperti yang dijelaskan pada 1910.132 (d) dan penggunaan APD masih harus memenuhi persyaratan kinerja yang berlaku seperti ANSI Z87 dan Z89. Namun, manajemen perusahaan diharapkan mampu mengevaluasi opsi pembelian APD dengan baik yang akan bermanfaat bagi investasi secara keseluruhan. Misalnya, helm pengelasan kaca yang menyala secara otomatis dan pasif sudah memenuhi standar OSHA, namun manajemen dapat memutuskan lebih menggunakan helm las yang menyala secara otomatis untuk tetap mempertahankan keuntungan produktifitas dengan penggunaan kaca pasif yang harganya lebih murah.

P : Bagaimana dengan APD yang dibeli pekerja sendiri ?
J : Jika pekerja lebih suka menggunakan APD mereka sendiri dan menajemen menyetujuinya, maka manajemen tidak harus mengganti biaya pembelian APD tersebut. Tetapi manajemen wajib memastikan bahwa APD tersebut memadai untuk pekerjaannya, termasuk cara perawatan dan sanitasinya.

P : Siapa yang harus membayar penggantian APD usang dan alat sekali pakai ?

J : Manajemen harus membayar terkait penggantian APD yang sudah usang atau rusak dan komponen APD yang sekali pakai (mis. Plat penutup helm las), kecuali jika pekerja telah kehilangan atau rusak dengan disengaja oleh pekerja maka manajemen tidak wajib membayar untuk membeli baru. 

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar
Mengapa Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Menjadi Penting di Perusahaan?
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan upaya terakhir untuk melindungi dari kecelakaan. Penilaian resiko dan penerapan pengendalian teknik yang aman merupakan prioritas untuk dilakukan sebelum menggunakan APD. Namun, tetap saja kedua hal tersebut tidak dapat menghilangkan seluruh potensi bahaya dan tenaga kerja mungkin tetap perlu menggunakan APD untuk mngurangi resikonya. Pengusaha harus menyediakan APD yang sesuai kepada tenaga kerja secara gratis dan perlu dipilih secara hati-hati.


Penilaian resiko dalam setiap proses kerja sangatlah penting. Penilaian resiko ini dilakukan sebelum pekerjaan dimulai sehingga karyawan dapat sepenuhnya memahami seluruh resikonya. Pelatihan yang cukup terkait penggunaan dan perawatan yang tepat dari APD juga sangat penting. Tidak ada gunanya ketika penggunaan APD dilakukan dengan salah dan ceroboh. APD menjadi penting karena sebagai upaya terakhir yang dapat melindungi tenaga kerja pulang dengan selamat dari pekerjaannya tanpa menderita luka ataupun mengalami gangguan kesehatan.

Peraturan terkait APD penting untuk diketahui diantaranya adalah:
*Dinilai benar dan sesuai sebelum digunakan untuk memastikan sesuai untuk tujuannya

*Dipelihara dan disimpan dengan baik

*Dilengkapi dengan instruksi dan petunjuk bagaimana cara menggunakannya dengan aman

*Digunakan dengan benar oleh karyawan

Apa manfaat pengadaan APD ini untuk perusahaan?

1.Menghindari dan mengurangi cedera dan penyakit – APD dapat mengurangi efek cedera dan dapat mencegah kecelakaan dan cedera secara langsung. Ketidakhadiran dan waktu yang hilang akibat penyakit dan kecelakaan kerja dapat dikurangi.

2.Memenuhi kewajiban keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan dari pemerintah – untuk menghindari kecelakaan, penyelidikan dan penuntutan.

3.Pencarian dan penjagaan tenaga kerja terbaik – Pekerja yang sehat dan aman menghasilkan pekerja yang bahagia dan produktif. Menjaga pekerja tetap bahagia dalam menghasilkan produktifitas yang meningkat dengan semangat kerja yang tinggi membuat pergantian pekerja lebih rendah dan ketidakhadiran menjadi berkurang. Perusahaan yang menerapkan praktik terbaik terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (dengan APD) dapat menarik calon pekerja baru yang terbaik dengan loyalitas yang dapat meningkatkan merk dan citra positif kepada pelanggan.


4.Menghindari investigasi terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja – dengan tetap patuh, perusahaan dapat menghindari tuntutan (untuk pmanajemen dan direksi) yang meliputi denda, pembayaran kompensasi mapun biaya terkait citra bisnis yang buruk.

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar

Wednesday, August 2, 2017

Cari Tahu Pentinganya Ergonomi di Tempat Kerja
Ketika seorang karyawan sakit atau terluka, penting bagi pihak manajemen untuk memantau orang tersebut kembali ke keadaan karyawan tersebut cukup sehat untuk dapat menjalankan pekerjaannya. Membuat lingkungan kerja seaman mungkin bagi karyawan merupakan faktor kunci untuk mendapatkan tempat kerja yang produktif. Namun, seharusnya masalah terkait penyakit atau cedera dapat diminimalkan terjadi ketika hal terkait ergonomi di tempat kerja dipertimbangkan.

sumber gambar: InstaOffice

Apa sebenarnya ergonomi itu ?

Ini semua tentang lingkungan dimana seseorang bekerja dan bagaimanan orang tersebut dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal tersebut termasuk alat yang digunakan oleh karyawan untuk membantu proses pekerjaannya dipertimbangkan juga dalam ergonomi. Pentingnya ergonomi di tempat kerja terletak pada kemampuan setiap karyawan untuk bekerja dalam lingkungan yang ideal untuk melakukan pekerjaannya dengan baik.

Di WebMD.com, dijelaskan bahwa perhatian terhadap ergonomi diperhatikan melalui pengaturan tempat kerja atau kantor karyawan sedemikian rupa sehingga mengurangi resiko sakit kepala, kerusakan mata, nyeri punggung, sakit leher, dan bahkan mungkin terjadi masalah pada tendon. Dalam situs tersebut juga dicatat bahwa sebagian besar cedera yang terjadi pada pekerjaan diakibatkan kegiatan yang salah (di kantor) secara berulang,seperti posisi tubuh yang buruk depan layar komputer, membungkuk dan mengangkat benda berat dengan cara yang salah.

Penerapan ergonomi yang baik dapat mencegah semua penyakit yang disebutkan diatas. Tentu ketika kesehatan karyawan terjaga dengan penerapan ergonomi yang baik, terdapat pula pihak manajemen yang lebih baik dalam membuat perusahaan lebih sukses. Di Ergo-Plus.com, Mark Middlesworth menulis bahwa “perusahaan terkemuka/besar mengintegrasikan secara mendalam ke setiap operasional perusahaan mereka” dan berikut manfaat yang diperoleh dari penerapan ergonomi yang sudah terbukti.

Ergonomi meningkatkan produktifitas. Middlesworth mencatat bahwa merancang temmpat kerja yang peduli terhadap kesehatan kerja yang baik bisa membuat karyawan bekerja lebih efisien. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan membentuk posisi tubuh yang baik, energi yang lebih efisien, sedikit gerakan dan ketinggian yang lebih baik, menurutnya akan membantu menciptakan suasana kerja yang lebih produktif. Bagaimanapun juga sebagai sesama manusia, kita semua penting untuk berbagi kebutuhan untuk merasa nyaman, tidak peduli dimana kita berada.

Ergonomi meningkatkan kualitas. Berbicara tentang merasa nyaman, tidak ada yang suka dimana kondisi lingkungannya membuat lelah dan frustasi. Middlesworth menunjukan bahwa orang tidak bisa bekerja dengan benar saat merasakan kondisi semacam itu. “Bila beban pekerjaan terlali melelahkan secara fisik karyawan, mereka mungkin tidak melakukan pekerja seperti yang diharapkan ketika awal dilatih”. Lenjutnya, “Misalnya, seorang karyawan mungkin tidak menyekruk cukup baik karena persyaratan tempat kerja (ketinggian) yang kurang baik. Hal ini mempengaruhi kualitas produk.”

Ergonomi meningkatkan keterlibatan karyawan. Umum diketahui bahwa karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Dan ini sering mempengaruh pekerjaannya dalam satu tim. Ketika sebuah perusahaan memperhatikan upaya untuk memastikan keselamatan dan kesehatan, kata Middlesworth, karyawan diperhatikan dengan baik dan hal ini mampu meningkatkan semangat kerja karyawan. Selain itu, tingkat moral dan energi yang tinggi pada pekerjaan membantu mengurangi ketidakhadiran.

Ergonomi menciptakan budaya keselamatan yang baik. “Ergonomi menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebagai nilai yang penting”. Lanjut Middlesworth, “Efek akumulasi dari manfaat sebelumnyaadalah terciptanya budaya keselamatan yang lebih kuat bagi perusahaan. Karyawan yang sehat adalah aset perusahaan yang paling berharga”. Menciptakan dan mengembangkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan akan menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk perusahaan.


sumber: http://indep.ca/why-ergonomics-in-the-workplace-is-so-important/